Persembahan PKS, “Cinta, Kerja, dan Harmoni”

Senin, 29 April 2013

Persembahan PKS, “Cinta, Kerja, dan Harmoni”

dakwatuna,com – Jakarta. Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anis Matta mengatakan partainya akan menerapkan strategi politik berbasis cinta. Hal ini untuk merespon keprihatinan PKS atas praktik politik di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Dia mengatakan kerja politik saling jegal melalui pembunuhan karakter, kampanye hitam, hingga politik uang bukan hal aneh di kalangan partai saat ini. Bahkan menurut dia, terdapat kecenderungan elit yang menerapkan politik “tiji tibeh” (mati siji, mati kabeh) atau mati satu, mati semua. “Banyak anak bangsa potensial yang menjadi korbannya, karena mereka tidak dikehendaki tampil di arena kepemimpinan nasional. Ada pula, kelompok atau partai yang menghadapi persoalan berat, namun mereka mengupayakan agar partai-partai lain juga karam. Cara berpolitik seperti ini tentu sangat negatif dan berbahaya,” ujar mantan Wakil Ketua DPR yang mengundurkan diri untuk fokus membesarkan PKS ini. Anis Matta menegaskan, PKS bertekad untuk keluar dari alur permainan politik kasar tersebut. Politik PKS, menurut dia, bertumpu pada nilai-nilai silaturahim untuk mewujudkan harmoni di tengah pluralisme pandangan, kelompok, golongan, partai, dan agama. Tak hanya itu, Anis Matta dan Sekjen PKS Taufik Ridho juga merumuskan program kerja berbasis ‘politik cinta’ sekaligus merumuskan tagline baru PKS, yakni ‘Cinta, Kerja, dan Harmoni’. “Tiga kata tersebut adalah nilai-nilai kita sendiri yang telah kita rasakan di partai ini, dan kini kita ingin mengeksposnya keluar,” ujar Anis Matta. Menurutnya, nilai dasar orang Indonesia adalah cinta, kerja, dan harmoni. ”Semua orang luar yang pernah datang ke Indonesia, mereka sepakat bahwa Indonesia adalah negeri cinta. Orang makan enak di Italia, berdo’a khusyu’ di India, namun menemukan cinta hanya di Indonesia. Sebagaimana kita lihat di film Eat, Pray, and Love“, kata Anis Matta. Presiden PKS Anis Matta mengatakan bukan tanpa alasan partainya mengubah jargon lamanya. Jargon baru yang diharapkan mampu melekatkan kader PKS dengan warga ini memiliki maksud tersendiri. Jargon cinta, kerja dan harmoni dinilai selaras dengan nilai-nilai bangsa Indonesia. Jargon cinta sendiri sesuai karakter bangsa Indonesia yang lebih kental nuansa spiritual. Sedangkan kerja juga mewakili semangat masyarakat Indonesia keseharian. Masyarakat Indonesia itu suka kerja, kerja apa saja tanpa melihat jenis pekerjaan. Sedangkan harmoni dinilai merupakan langkah natural bangsa Indonesia melihat kondisi demografis dan geografis. Terlepas dari sangkaan orang bahwa perubahan ini terkait PKS sudah tidak bersih lagi sehingga mengganti tagline, menurut saya kurang bijak. Jika kita mau membuka hati, bukankah 3 (tiga) kata ini yang kita rindu dari masyarakat kita, bangsa kita, dan partai-partai yang ada di atas sana? Tidakkah kita rindu akan hadirnya partai yg senantiasa menyebar cinta dan berbagi kebaikan? Tidakkah kita suka pada partai yang selalu bekerja melayani masyarakat, tidak hanya nampang saat menjelang pemilu saja? Dan, tidakkah hati kita rindu dengan hadirnya harmoni dan kebersamaan dalam keragaman masyarakat Indonesia nan majemuk? Tagline baru ini memang membuka sphere yang lebih luas, dengan menghadirkan PKS yang lebih bersahabat dan lebih humanis. Satu lagu dicipta untuk menggambarkan tingginya cita dan ingin PKS menghadirkan cinta, kerja, dan harmoni di negeri ini. Dibawakan oleh Ust. Taufik Ridho, Sekjen PKS saat acara Rapimnas dan Milad 15 PKS di PRPP, Semarang, Jawa Tengah, 19 April 2013, disaksikan tak kurang dari 3.000 kader yang hadir saat itu. Ibu-ibu/kader putri berjilbab rapi, juga ustadz-ustadz/kader laki-laki penuh senyum teduh tampak khidmat mendengarkan lagu yang dibawakan. (sbb/dakwatuna.com)

Kamis, 10 Desember 2009

PEACE MAN

Sebagai sebuah partai yang menekankan kualitas dan kuantitas kader maka sudah menjadi sebuah tradisi dalam partai ini untuk terus mencetak dan meningkatkan jumlah kadernya yang berkualitas.

Peningkatan jumlah kader yang berkualitas di awali dengan proses rekrutmen yang tepat dan terencana. Guna meningkatkan jumlah tersebut maka kami dari PKS Ranting Cikokol - Tangerang akan mengadakan rekrutmen dengan memberikan beberapa materi yang Insya Allah menarik.

Acara yang dikemas dengan nama " PEACE MAN" ( PEmuda, Aktif, CrEativ dan MANdiri) ini akan kami selenggarakan pada :

Hari/Tanggal : Jum'at - Ahad, 18 - 20 Desember 2009
Tempat : Villa Nida, Cisarua - Puncak Bogor

Bagi yang berminat silahkan dapat menghubungi:
1. Sekretariat DPRa PKS Cikokol - Tangerang , Kp.Betung Cikokol-Tangerang, Telp.0813-1626 6322
2. Sdr Teguh (021)9477 3444, 0813-8455-7468
3. Sdri Dila 0813-8631-5044

Kontribusi Peserta :
1. Pelajar : Rp. 15.000,-
2. Mahasiswa : Rp. 20.000,-
3. Umum : Rp. 25.000,-

Kami juga mengajak kepada pihak-pihak yang ingin berpartisipasi menjadi donatur sebagai bekal amal diakhirat kita yang insya Allah akan digantikan dengan yang lebih baik dari Allah SWT. Aamiin


Bantuan yang anda amalkan Insya Allah akan mendapatkan balasan dari setiap orang yang berubah menjadi sholeh tanpa mengurangi amal orang tersebut.Insya Allah, Aamiiiin

Selasa, 27 Oktober 2009

Lutfi Hasan Dibaiat Jadi Presiden PKS

Lutfi Hasan Dibaiat Jadi Presiden PKS

PKS membaiat Luthfi Hasan Ishaaq sebagai Presiden PKS, menggantikan Tifatul Sembiring yang menjadi Menteri Komunikasi dan Informasi. Lutfi pun resmi jadi Presiden PKS.

Serah terima jabatan dilakukan di Kantor DPP PKS Jl TB Simatupang No 82 Jakarta Selatan, Selasa (27/10) pada pukul 11.30 WIB. Lutfi disumpah atau dibaiat dihadapan kader PKS lainnya. Dia disumpah agar tetap setia pada partai untuk menjalankan tugas sebagai presiden sesuai amanah.

"Aku berjanji kepada Allah SWT untuk berpegang kepada Allah untuk manjaga bangsa dengan penuh amanah," ucap Presiden PKS Lutfi Hasan saat pengambilan sumpah di kantor DPP PKS, TB Simatupang, Jakarta Selatan, Selasa (27/10).

Lutfi Hasan dalam riwayat kepartaian pernah menjadi Sekjen Partai Keadilan (sebelum menjadi PKS), Bendahara Umum PKS, Ketua Badan Hubungan Luar Negeri PKS. Sedangkan di parlemen, tercatat pernah menempati posisi sebagai Anggota DPR Komisi XI, Anggota BURT, Anggota Komisi I dan Wakil Ketua BKSAP

Kamis, 04 Juni 2009

DPRa PKS Cikokol Turut Berduka

Innalillahi wa inna ilaihi roojiun, Telah Meninggal dunia putri dari Tengku Iwan Caleg dari PKS Dapil 1 yang meliputi wilayah Kecamatan Tangerang dan Karawaci sekaligus Ketua Kaderisasi DPD PKS Tangerang yang bernama Hani.
Almarhumah meninggal karena sakit demam berdarah ,yang telah dirawat selama hampir 3 hari di Rumah Sakit. Almarhum meninggal pada hari selasa,2 Juni 2009 pukul 20:10.
Kami Keluarga Besar Dewan Pimpinan Ranting PKS Cikokol turut berduka, semoga Allah memberikan ketabahan bagi yang ditinggalkan dan semoga almarhumah menjadi wildanun mukholladun. Aaamiin.

Susunan DPRa PKS Cikokol 2011-2013

Setelah terpilih Ketua Dewan Pimpinan Ranting Cikokol PKS untuk masa amanah 2011 - 2013 maka dibentuklah pengurus untuk menjalankan roda dakwah di Cikokol Tangerang.
Berikut daftar nama - nama pengurus Dewan Pimpinan Ranting (DPRa) PKS Cikokol - Tangerang masa amanah 2011 - 2013
Ketua :
Fauzi
Sekretaris :
Budiyanto
Bendahara :
Siti Fadilah 
Departemen Humas :
Teguh Prasetyo,ST

Rabu, 25 Februari 2009

Peduli Keluarga Sehat

Peduli Keluarga Sehat. Itulah salah satu dari sekian  banyak kegiatan Partai Keadilan Sejahtera, pada awal bulan februari Dewan Pengurus Ranting PKS Cikokol bekerjasama dengan Kewanitaan Dewan Pengurus Cabang PKS Tangerang mengadakan program Peduli Keluarga Sehat.
Peduli Keluarga Sehat ini diadakan di daerah perbatasan perkampungan kebon nanas dengan perumahan Bona (Kebon Nanas). Kegiatan Peduli Keluarga Sehat ini diisi dengan kegiatan :  Test Gula darah Gratis, Cek Kesehatan (Konsultasi Dokter), Pemberian Obat Gratis, Perkenalan CAD (Calon Anggota Dewan) baik tingkat Kota, Provinsi ataupun Pusat.

Senin, 15 Desember 2008

Pagi Yang Cerah Bersama Caleg PKS

Pagi kemarin sungguh begitu berarti bagi para kader dan simpatisan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) khususnya untuk daerah Kecamatan Tangerang. Dibawah kepemimpinan DPRa PKS Cikokol dan DPC PKS Tangerang diadakanlah senam bersama. Ini merupakan program rutin dari DPRa PKS Cikokol untuk setiap pekan untuk menjadikan kader dan simpatisan sehat jasmani maupun ruhaninya.

Senam kemarin yang mengambil tempat di lapangan parkir sebuah mall di daerah Cikokol , dihadiri oleh beberapa DPRa PKS se-Kecamatan Tangerang dan dihadiri oleh para caleg dari Kecamatan Tangerang.  Selain senam juga diisi dengan beberapa sambutan dan informasi dari para caleg berkaitan dengan proses pemengangan pemilu. Dan paling utama dari pesan utama adalah kita diminta semakin dekat kepada pemilik kemenangan sejati yaitu Sang Khaliq ALLAH SWT.

Kepada semua kader PKS segera bangkit dan bergeraklah demi panji - panji islam agar indonesia maju dan berjaya. 

Selasa, 18 November 2008

TETAP PARTAI DA’WAH, MESKI PKS TERUS DIFITNAH

TETAP PARTAI DA’WAH, MESKI PKS TERUS DIFITNAH
Bayan Dewan Syari’ah Pusat Partai Keadilan Sejahtera


Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi rabbil alamin wasshalatu wassalamu ‘ala sayyidil mursalin, nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in. Wa ba’du..

Fenomena partai da’wah PKS dalam blantika perpolitikan nasional telah mengundang banyak hal. Ada ketercengangan, ada pertanyaan, ada pula kekhawatiran bahkan kecurigaan. Menghadapi laju PKS di ranah politik sekaligus ranah da’wah, berbagai pihak melakukan ragam cara. Bertambah banyak yang simpati lalu mendukung, tapi tidak sedikit yang menebar halang rintang dengan langkah politis, bahkan ada yang menebar kedustaan dengan isu keagamaan. Cara yang terakhir ini berulang kali dimunculkan barbarengan dengan perjuangan politik PKS melalui pemilu legislatif dan pilkada.

Kedustaan (iftira) dengan isu keagamaan itu berupa sebutan atau stempel yang sembarangan dan sama sekali mengabaikan perintah Islam untuk klarifikasi (tabayyun) baik dengan meruju dokumen-dokumen PKS maupun dengan menanyakan secara langsung kepada pihak yang berkompeten di PKS. Kedustaan yang terbaru dibuat oleh yang menamakan dirinya Tim Taushiyah dan Maklumat pada hari Ahad 22 Sya’ban 1429 H/24 Agustus 2008 di salah satu Pesantren. Kami tidak sampai hati menuliskan sembilan nama Kiyai sebagai tim perumus yang sejatinya mukarramun. Inti dari taushiyah tersebut meminta masyarakat khususnya kalangan tertentu dari kaum muslimin, ’agar mewaspadai gerakan Wahabisme yang diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang bertujuan menghilangkan syari’at dan tradisi Yasinan, Tahlilan, Qunut dan Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, serta tradisi lainnya yang suka dilakukan Ahlussunnah Waljama’ah.

Sebagai partai da’wah yang berfungsi memberikan pencerahan kepada masyarakat luas, PKS harus menjelaskan siapa ia sebenarnya. Sesuai AD-ART partai, lembaga yang berkompeten menjelaskan pandangan dan sikap keagamaan PKS adalah Dewan Syari’ah. Sedangkan pandangan atau sikap keagamaan kader PKS secara individual tidak mencerminkan pandangan dan sikap partai. Berikut ini pandangan resmi Dewan Syari’ah Pusat PKS tentang beberapa masalah keagamaan yang telah dipolitisir.

1. PKS dan Ahlussunnah Wal Jama’ah
Sebagai partai dakwah PKS berpegang teguh kepada aqidah ahlussunnah waljamaah dengan sumber rujukan utama sebagaimana termaktub dalam Ittijah Fiqih Dewan syari’ah PKS, berupa Mashadir Asasiyah (sumber hukum primer) yang disepakati oleh Jumhur Ulama Ahlu Sunnah wal Jama’ah, yaitu al-Qur’an, Sunnah yang suci, ijma’ dan qiyas.

2. PKS dan ’Wahabisme’
Tidak ada hubungan antara PKS dengan ’Wahabiyah’, yaitu gerakan yang dipimpin Syekh Muhammad bin Abdul Wahab di negeri Hijaz yang bertujuan untuk memurnikan ’aqidah dari Takhayul, Bid’ah dan Khurafat (TBC), berkerja sama dengan Malik Abdul Aziz dan menggunakan berbagai cara dari yang sifatnya halus sampai yang radikal. Jelas tidak ada hubungan historis karena PKS lahir pasca reformasi 1998. Tidak ada hubungan struktural organisatoris antara PKS dengan organisasi keagamaan di Saudi Arabia. Bahwa di antara pimpinan PKS pernah studi di Saudi Arabia, hal yang sama berlaku juga pada ormas Islam yang lain. Bahkan ada yang pendirinya pernah mukim di sana. Tapi tidak lantas ormas-ormas tersebut boleh dituduh sebagai pengusung ’Wahabiyah’.

3. Kolektivitas dan keberagaman di PKS
Sebagai partai da’wah yang berprinsip kejama’ahan, maka sifat kolektifitas menjadi ciri PKS yang mewadahi keberagaman, baik dalam rekruting kader maupun pandangan keagamaan dan politiknya.
Ketua Majelis Syura PKS KH. Hilmi Aminuddin alumni Universitas Islam Madinah, dekat dengan kalangan Persis.
Duta besar RI di Saudi Arabia Habib DR. Salim Segaf Al Jufri adalah seorang habib cucu pendiri Al Khairat dan salah seorang pendiri Partai Keadilan. Beberapa habaib yang lain fungsionaris PKS seperti Habib Abu Bakar Al Habsyi, Habib Nabil Al Musawwa, Habib Fahmi Alaydrus.
Presiden pertama Partai Keadilan DR. H. Ir. Nurmahmudi Ismail, MSc lulusan Amerika, berlatar belakang pesantren di Kediri yang kental ke NU-annya.
Presiden kedua Partai Keadilan dan PKS yang kini Ketua MPR RI DR. H. M. Hidayat Nurwahid, MA lulusan Universitas Islam Madinah, berlatar belakang Muhammadiyah.
Presiden PKS yang sekarang Ir. H. Tifatul Sembiring alumni sekolah tinggi teknik di Indonesia dan kursus manajemen politik di Pakistan punya latar belakang organisasi di PII.
Ketua MPP-nya Drs. H. Suharna Surapranata, MT lulusan UI dan Jepang berlatar belakang aktivis masjid kampus.
Ketua Dewan Syari’ah PKS KH. DR. Surahman Hidayat, MA tamatan universitas Al Azhar Mesir yang bermazhab Syafi’i, latar belakangnya NU dan PUI, sebelumnya PII dan HMI.
Beberapa anggota Dewan Syari’ah Pusat juga berlatar belakang NU seperti KH. DR. Muslih Abdul Karim, MA murid kesayangan KH. Abdullah Faqih, Langitan. H. Bukhari Yusuf, MA, sekretaris DSP, murid kesayangan KH. Noer Ahmad S, ahli Ilmu Falak NU. H. Bakrun Syafi’i, MA alumni Pesantren Al Munawwir, Krapyak, Yogyakarta adalah murid kesayangan KH Ali Ma’shum. H. Amang Syafruddin, Lc, Msi alumnus Pesantren NU Cipasung, Tasikmalaya yang sering dipuji sebagai murid nomor 1.
Beberapa ulama seperti Prof. DR. KH. Didin Hafidhuddin, MS (ketua Baznas), DR. Ahzami Samiun, MA. (putra dari tokoh NU, KH. Samiun Jazuli), Prof. DR. Ahmad Syathori (alumni pesantren Babakan Ciwaringin dan Buntet), adalah tempat bertanya dan rujukan kader PKS.

4. Furu’iyah di PKS
Da’wah PKS menekankan pada tema-tema besar yang bersifat prinsip (qadhaya ushuliyah). Ini supaya da’wah PKS bersifat mempertemukan mempersatukan (jami’ah-tajmi’iyah) dan tidak menimbulkan perselisihan/perpecahan (tafriqiyah). Ittijah fiqh (orientasi fikih) Dewan Syari’ah PKS mendahulukan fiqh persatuan (i-tilaf) daripada fiqh perbedaan (ikhtilaf). Menggali dan mengambil faidah dari khazanah fiqhiyah yang ada dengan prinsip ”Almuhafazhatu ’alal qadimish shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah” mengambil pendapat klasik yang masih cocok dan pendapat baru yang lebih maslahat. Tapi dalam praktik keseharian memperhatikan harmoni dengan mazhab yang banyak dipraktikan yaitu madzhab Syafi’i. Mengedepankan cara kompromi (thariqatul jam’i) atas tarjih, dan menggunakan prinsip keluar dari khilafiah (khuruj ’anil khilaf) sejauh dimungkinkan. Kemudian terhadap perbedaan dalam masalah cabang (furu’) mengedepankan sikap toleran (tasamuh). Prinsip yang dipegang ”NATA’AWANU FIMA ITTAFAQNA ’ALAIHI WA YA’DZURU BA’DHUNA BA’DHAN FIMA IKHTALAFNA FIHI” – Bekerjasama dalam hal-hal yang disepakati dan saling menghormati dalam hal-hal yang diperselisihkan.

5. Sikap PKS dalam masalah khilafiyah
Berikut ini beberapa masalah khilafiah/furu’iyah yang sering dijadikan alat untuk memfitnah PKS dan pandangan resmi Dewan Syari’ah Pusat PKS tentang itu.

a. Do’a Qunut
Bagaimanapun do’a qunut status hukumnya sunat. Yang disepakati adalah do’a qunut dalam shalat witir, qunut nazilah dalam shalat fardhu yaitu memohon tolak bala dari kaum muslimin dan mendo’akan bencana bagi musuh Islam. Adapun qunut shubuh tetap saja merupakan masalah khilafiyah. Masalah pilihan, paling tinggi posisinya antara rajih dan marjuh, bukan antara sunnah dan bid’ah. Jadi tidak ada bid’ah dalam qunut shalat fajar. Dan mengamalkan yang marjuh bisa menjadi pilihan jika membawa kemaslahatan dalam mu’amalah. Jadi bukan sikap plinplan, tapi cerminan sikap bijak dan cerdas. Secerdas Imam Muhammad bin al Hasan al Syaibani murid Imam Abu Hanifah yang melakukan qunut ketika ziarah ke Mesir dan menjadi imam shalat shubuh. Ini karena beliau menghormati Imam Syafi’i -imam madzhab yang dominan di Mesir. Dan sebijak Imam Syafi’i yang tidak qunut shubuh ketika beliau ziarah ke Imam Muhammad di Baghdad.
Dalam pengamalan di acara-acara PKS kadang qunut shubuh kadang juga tidak, tergantung imamnya. Dan itu tidak pernah ada masalah.

b. Membaca do’a dan tahlil untuk yang meninggal
Pada dasarnya membaca do’a untuk mayit dianjurkan (sunat). Berkat ikatan ’aqidah tauhid tidak terputus hubungan sesama muslim dengan yang sudah mati sekalipun. Dalam al Quran ada do’a ”Rabbanagfirlana wa li-ikhwanina alladzina sabaquna bil imani, wala taj’al fi qulubina ghillan lilladzina amanu.. rabbana innaka raufurrahim”. (QS 59: 10). Menghadiahkan bacaan Surah al Fatihah atau lainnya untuk mayit, atau mewaqafkan/menshadaqahkan sesuatu atas nama atau menujukan pahalanya untuk mayit merupakan amal shalih yang diterima, sesuai pendapat jumhur ulama. Istigfar, tasbih, tahmid dan tahlil merupakan bagian dari keseluruhan do’a yang dibaca. Waktu berdo’a untuk mayit tidak harus dibatasi pada waktu atau hari-hari tertentu, dan tidak boleh disyaratkan, sehingga pilihan waktunya lebih luang dan leluasa sesuai kesempatan atau kemampuan.

c. Perayaan maulid Nabi saw
Perayaan memperingati maulid Nabi Muhammad saw menurut sebagian riwayat, digagas oleh Sultan Salahuddin al Ayyubi di Mesir dalam rangka meningkatkan ruhul jihad umat Islam. Sampai hari ini Universitas Al Azhar sendiri mensyi’arkan peringatan maulid Nabi saw. Bagi kepala pemerintahan seperti Sultan Salahuddin, hal itu merupakan kebijakan yang sesuai syari’ah (siyasah syar’iyah), yang didefinisikan imam Ibnu Uqail sebagai perbuatan yang dilakukan karena lebih maslahat bagi masyarakat dan lebih menghindarkan mereka dari mafsadat, meskipun tidak pernah disabdakan atau dicontohkan oleh Nabi saw. Adapun bagi masyarakat muslim, peringatan maulid Nabi saw pertimbangannya adalah semata-mata kemaslahatan (mashlahah mursalah). Dasar pertimbangan maslahat ini juga yang menyeleksi ragam acara yang dipandang membawa maslahat. Tentu saja dalam konteks ini ada ruang bagi tradisi dan kreasi yang baik, sehingga ada variasi dari tempat ke tempat lain dan dari waktu ke waktu yang lain. Jika dibarengi niat yang lillah, untuk meninggikan Dinullah dan tidak ada sesuatu yang melanggar syari’ah dalam mata acaranya, insya Allah bernilai ’ibadah.

Di lingkungan PKS, biasa diadakan peringatan maulid Nabi saw baik oleh DPP maupun struktur di bawah. Bahkan dianjurkan agar pelaksanaannya bekerjasama dengan masjid, lembaga keagamaan atau masyarakat sekitar. Para kepala pemerintahan kader PKS biasa memprakarsai atau mensponsori. Para da’i atau asatidz kader PKS biasa menjadi penceramah dalam peringatan ini.

d. Yasinan
Disebutkan dalam sebuah riwayat Imam Ahmad bahwa Surah Yasin merupakan qalbunya al Quran. Membacanya merupakan ’ibadah. Disepakati anjuran membacanya di samping orang yang sakit parah. Boleh dibaca untuk pengobatan dengan ruqyah syar’iyah. Boleh membacanya untuk yang sudah meninggal, menurut jumhur ulama. Sejauh ada pendapat yang membuka peluang ’amal, adalah tidak bijak menutupnya bagi siapa yang ingin melakukannya. Waktu membacanya luas, boleh siang apalagi malam dan pada waktu-waktu yang khidmat. Tidak perlu dibatasi pada waktu tertentu. Pertimbangannya adalah kesempatan dan kekhidmatan. Membiasakan acara membaca al Quran atau memilih surat-surat tertentu, insya Allah merupakan ’adah shalihah atau tradisi yang baik. Memilih surat tertentu untuk dilazimkan dibaca, bukan karena mensyaratkan atau membatasi, tapi karena lebih menyukainya atau lebih familiar, insya Allah merupakan kebajikan, semoga Allah mempertemukan pembacanya dengan surat yang dicintai.

Secara umum, merupakan kebijakan dalam da’wah PKS untuk menghidupkan sunnah yang telah ditinggalkan (ihyaul sunnah al mahjurah) dan tradisi Islami yang menyemarakkan syi’ar Islam sebagai cerminan ketaqwaan.

Melalui bayan ini kami serukan kepada segenap pencinta kebenaran dengan semangat iman dan keadaban, agar tidak termakan oleh fitnah dan hasutan baik lisan maupun melalui selebaran gelap yang menuduh PKS adalah Wahabi dan bukan Ahlussunnah Wal Jama’ah. ”Berbuat dusta dan menyebarkannya adalah dosa besar” (HR Bukhori).

Hasbunallah wani’mal wakil, wahuwal muwaffiq ila aqwamith thoriq

Jakarta, 21 Syawwal 1429 /21 Oktober 2008

Dewan Syari’ah Pusat
Partai Keadilan Sejahtera

KH. DR. Surahman Hidayat, MA
Ketua

Mengelola Ketidaksetujuan Terhadap Hasil Syuro

Mengelola Ketidaksetujuan Terhadap Hasil Syuro
Oleh Anis Matta
"Perbedaan adalah sumber kekayaan dalam kehidupan berjamaah. Mereka yang tidakbisa menikmati perbedaan itu dengan cara yang benar akan kehilangan banyak sumber kekayaan. Dalam ketidaksetujuan itu sebuah rahasia kepribadian akan tampak ke permukaan: apakah kita matang secara tarbawi atau tidak?"
--------------
RASANYA PERBINCANGAN kita tentang syuro tidak akan lengkap tanpa membahas masalah yang satu ini. Apa yang harus kita lakukan seandainya tidak menyetujui hasil syuro? Bagaimana "mengelola" ketidaksetujuan itu?

Kenyataan seperti ini akan kita temukan dalam perjalanan dakwah dan pergerakan kita. Dan itu lumrah saja. Karena, merupakan implikasi dari fakta yang lebih besar, yaitu adanya perbedaan pendapat yang menjadi ciri kehidupan majemuk.

Kita semua hadir dan berpartisipasi dalam dakwah ini dengan latar belakang sosial dan keluarga yang berbeda, tingkat pengetahuan yang berbeda, tingkat kematangan tarbawi yang berbeda. Walaupun proses tarbawi berusaha menyamakan cara berpikir kita sebagai dai dengan meletakkan manhaj dakwah yang jelas, namun dinamika personal, organisasi, dan lingkungan strategis dakwah tetap saja akan menyisakan celah bagi semua kemungkinan perbedaan.

Di sinilah kita memperoleh "pengalaman keikhlasan" yang baru. Tunduk dan patuh pada sesuatu yang tidak kita setujui. Dan, taat dalam keadaan terpaksa bukanlah pekerjaan mudah. Itulah cobaan keikhlasan yang paling berat di sepanjang jalan dakwah dan dalam keseluruhan pengalaman spiritual kita sebagai dai. Banyak yang berguguran dari jalan dakwah, salah satunya karena mereka gagal mengelola ketidaksetujuannya terhadap hasil syuro.

Jadi, apa yang harus kita lakukan seandainya suatu saat kita menjalani "pengalaman keikhlasan" seperti itu? Pertama, marilah kita bertanya kembali kepada diri kita, apakah pendapat kita telah terbentuk melalui suatu "upaya ilmiah" seperti kajian perenungan, pengalaman lapangan yang mendalam sehingga kita punya landasan yang kuat untuk mempertahankannya? Kita harus membedakan secara ketat antara pendapat yang lahir dari proses ilmiah yang sistematis dengan pendapat yang sebenarnya merupakan sekedar "lintasan pikiran" yang muncul dalam benak kita selama rapat berlangsung.

Seadainya pendapat kita hanya sekedar lintasan pikiran, sebaiknya hindari untuk berpendapat atau hanya untuk sekedar berbicara dalam syuro. Itu kebiasaan yang buruk dalam syuro. Namun, ngotot atas dasar lintasan pikiran adalah kebiasaan yang jauh lebih buruk. Alangkah menyedihkannya menyaksikan para duat yang ngotot mempertahankan pendapatnya tanpa landasan ilmiah yang kokoh.

Tapi, seandainya pendapat kita terbangun melalui proses ilmiah yang intens dan sistematis, mari kita belajar tawadhu. Karena, kaidah yang diwariskan para ulama kepada kita mengatakan, "Pendapat kita memang benar, tapi mungkin salah. Dan pendapat mereka memang salah, tapi mungkin benar."

Kedua, marilah kita bertanya secara jujur kepada diri kita sendiri, apakah pendapat yang kita bela itu merupakan "kebenaran objektif" atau sebenarnya ada "obsesi jiwa" tertentu di dalam diri kita, yang kita sadari atau tidak kita sadari, mendorong kita untuk "ngotot"? Misalnya, ketika kita merasakan perbedaan pendapat sebagai suatu persaingan. Sehingga, ketika pendapat kita ditolak, kita merasakannya sebagai kekalahan. Jadi, yang kita bela adalah "obsesi jiwa" kita. Bukan kebenaran objektif, walaupun —karena faktor setan— kita mengatakannya demikian.

Bila yang kita bela memang obsesi jiwa, kita harus segera berhenti memenangkan gengsi dan hawa nafsu. Segera bertaubat kepada Allah swt. Sebab, itu adalah jebakan setan yang boleh jadi akan mengantar kita kepada pembangkangan dan kemaksiatan. Tapi, seandainya yang kita bela adalah kebenaran objektif dan yakin bahwa kita terbebas dari segala bentuk obsesi jiwa semacam itu, kita harus yakin, syuro pun membela hal yang sama. Sebab, berlaku sabda Rasulullah saw., "Umatku tidak akan pernah bersepakat atas suatu kesesatan." Dengan begitu kita menjadi lega dan tidak perlu ngotot mempertahankan pendapat pribadi kita.

Ketiga, seandainya kita tetap percaya bahwa pendapat kita lebih benar dan pendapat umum yang kemudian menjadi keputusan syuro lebih lemah atau bahkan pilihan yang salah, hendaklah kita percaya mempertahankan kesatuan dan keutuhan shaff jamaah dakwah jauh lebih utama dan lebih penting dari pada sekadar memenangkan sebuah pendapat yang boleh jadi memang lebih benar.

Karena, berkah dan pertolongan hanya turun kepada jamaah yang bersatu padu dan utuh. Kesatuan dan keutuhan shaff jamaah bahkan jauh lebih penting dari kemenangan yang kita raih dalam peperangan. Jadi, seandainya kita kalah perang tapi tetap bersatu, itu jauh lebih baik daripada kita menang tapi kemudian bercerai berai. Persaudaraan adalah karunia Allah yang tidak tertandingi setelah iman kepada-Nya.

Seadainya kemudian pilihan syuro itu memang terbukti salah, dengan kesatuan dan keutuhan shaff dakwah, Allah swt. dengan mudah akan mengurangi dampak negatif dari kesalahan itu. Baik dengan mengurangi tingkat resikonya atau menciptakan kesadaran kolektif yang baru yang mungkin tidak akan pernah tercapai tanpa pengalaman salah seperti itu. Bisa juga berupa mengubah jalan peristiwa kehidupan sehingga muncul situasi baru yang memungkinkan pilihan syuro itu ditinggalkan dengan cara yang logis, tepat waktu, dan tanpa resiko. Itulah hikmah Allah swt. sekaligus merupakan satu dari sekian banyak rahasia ilmu-Nya.

Dengan begitu, hati kita menjadi lapang menerima pilihan syuro karena hikmah tertentu yang mungkin hanya akan muncul setelah berlalunya waktu. Dan, alangkah tepatnya sang waktu mengajarkan kita panorama hikmah Ilahi di sepanjang pengalaman dakwah kita.

Keempat, sesungguhnya dalam ketidaksetujuan itu kita belajar tentang begitu banyak makna imaniyah: tentang makna keikhlasan yang tidak terbatas, tentang makna tajarrud dari semua hawa nafsu, tentang makna ukhuwwah dan persatuan, tentang makna tawadhu dan kerendahan hati, tentang cara menempatkan diri yang tepat dalam kehidupan berjamaah, tentang cara kita memandang diri kita dan orang lain secara tepat, tentang makna tradisi ilmiah yang kokoh dan kelapangan dada yang tidak terbatas, tentang makna keterbatasan ilmu kita di hadapan ilmu Allah swt yang tidak terbatas, tentang makna tsiqoh (kepercayaan) kepada jamaah.

Jangan pernah merasa lebih besar dari jamaah atau merasa lebih cerdas dari kebanyakan orang. Tapi, kita harus memperkokoh tradisi ilmiah kita. Memperkokoh tradisi pemikiran dan perenungan yang mendalam. Dan pada waktu yang sama, memperkuat daya tampung hati kita terhadap beban perbedaan, memperkokoh kelapangan dada kita, dan kerendahan hati terhadap begitu banyak ilmu dan rahasia serta hikmah Allah swt. yang mungkin belum tampak di depan kita atau tersembunyi di hari-hari yang akan datang.

Perbedaan adalah sumber kekayaan dalam kehidupan berjamaah. Mereka yang tidak bisa menikmati perbedaan itu dengan cara yang benar akan kehilangan banyak sumber kekayaan. Dalam ketidaksetujuan itu sebuah rahasia kepribadian akan tampak ke permukaan: apakah kita matang secara tarbawi atau tidak ?
---------------
sumber: Menikmati Demokrasi

Kamis, 13 November 2008

Jauh Lebih Baik

Subhanallah, Rasulullah SAW selalu mengingatkan kepada kita tentang pentingnya jamaah. Rasulullah mengingatkan kita bahwa serigala akan mengincar domba yang jauh dari kelompok nya. Mungkin kita pernah belajar di sekolah tentang gerak(gaya) sentrifugal dan sentripetal. Apa yang bisa kita ambil dari itu? Pada gaya tersebut, sedikit kita jauh dari pusat akan semakin lepas dari porosnya. Demikian juga dengan hidup berjamaah, sedikit kita jauh dari jamaah dan terus kita lakukan akan semakin jauh kita dari hidayah Allah.

Belum tentu kita keluar dari jamaah ini akan semakin jaya(baik) , yang pasti kita masuk dalam incaran serigala. Sebagai seorang kader kita janganlah terpancing oleh iming - iming atau hasutan dari jamaah lain bahkan menganggap jamaah kita jelek. Karena sejelek - jelek jamaah masih lebih baik daripada kita keluar dari jamaah. 

Ada kader atau ustad yang keluar dari jamaah , mereka kebanyakan menyesal keluar tapi untuk kembali merasa malu. Kita sebagai kader selayaknya bisa mengambil ibroh akan hal itu. Mereka yang diluar kita banyak yang ingin masuk ke dalam jamaah ini, tapi kita tidak ingin mereka hanya sekadar ikut saja.Tapi mereka akan kita berikan ilmu agar mereka tahu seperti apa jamaah kita. Sehingga tidak asal menjadi pengikut yang tidak berkualitas. Jamaah ini adalah jamaah yang terdidik bukan jamaah taklid buta.

Dan kata akhirnya adalah Ternyata jamaah ini jauh lebih baik daripada diluar jamaah. @md