Persembahan PKS, “Cinta, Kerja, dan Harmoni”

Senin, 29 April 2013

Persembahan PKS, “Cinta, Kerja, dan Harmoni”

dakwatuna,com – Jakarta. Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anis Matta mengatakan partainya akan menerapkan strategi politik berbasis cinta. Hal ini untuk merespon keprihatinan PKS atas praktik politik di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Dia mengatakan kerja politik saling jegal melalui pembunuhan karakter, kampanye hitam, hingga politik uang bukan hal aneh di kalangan partai saat ini. Bahkan menurut dia, terdapat kecenderungan elit yang menerapkan politik “tiji tibeh” (mati siji, mati kabeh) atau mati satu, mati semua. “Banyak anak bangsa potensial yang menjadi korbannya, karena mereka tidak dikehendaki tampil di arena kepemimpinan nasional. Ada pula, kelompok atau partai yang menghadapi persoalan berat, namun mereka mengupayakan agar partai-partai lain juga karam. Cara berpolitik seperti ini tentu sangat negatif dan berbahaya,” ujar mantan Wakil Ketua DPR yang mengundurkan diri untuk fokus membesarkan PKS ini. Anis Matta menegaskan, PKS bertekad untuk keluar dari alur permainan politik kasar tersebut. Politik PKS, menurut dia, bertumpu pada nilai-nilai silaturahim untuk mewujudkan harmoni di tengah pluralisme pandangan, kelompok, golongan, partai, dan agama. Tak hanya itu, Anis Matta dan Sekjen PKS Taufik Ridho juga merumuskan program kerja berbasis ‘politik cinta’ sekaligus merumuskan tagline baru PKS, yakni ‘Cinta, Kerja, dan Harmoni’. “Tiga kata tersebut adalah nilai-nilai kita sendiri yang telah kita rasakan di partai ini, dan kini kita ingin mengeksposnya keluar,” ujar Anis Matta. Menurutnya, nilai dasar orang Indonesia adalah cinta, kerja, dan harmoni. ”Semua orang luar yang pernah datang ke Indonesia, mereka sepakat bahwa Indonesia adalah negeri cinta. Orang makan enak di Italia, berdo’a khusyu’ di India, namun menemukan cinta hanya di Indonesia. Sebagaimana kita lihat di film Eat, Pray, and Love“, kata Anis Matta. Presiden PKS Anis Matta mengatakan bukan tanpa alasan partainya mengubah jargon lamanya. Jargon baru yang diharapkan mampu melekatkan kader PKS dengan warga ini memiliki maksud tersendiri. Jargon cinta, kerja dan harmoni dinilai selaras dengan nilai-nilai bangsa Indonesia. Jargon cinta sendiri sesuai karakter bangsa Indonesia yang lebih kental nuansa spiritual. Sedangkan kerja juga mewakili semangat masyarakat Indonesia keseharian. Masyarakat Indonesia itu suka kerja, kerja apa saja tanpa melihat jenis pekerjaan. Sedangkan harmoni dinilai merupakan langkah natural bangsa Indonesia melihat kondisi demografis dan geografis. Terlepas dari sangkaan orang bahwa perubahan ini terkait PKS sudah tidak bersih lagi sehingga mengganti tagline, menurut saya kurang bijak. Jika kita mau membuka hati, bukankah 3 (tiga) kata ini yang kita rindu dari masyarakat kita, bangsa kita, dan partai-partai yang ada di atas sana? Tidakkah kita rindu akan hadirnya partai yg senantiasa menyebar cinta dan berbagi kebaikan? Tidakkah kita suka pada partai yang selalu bekerja melayani masyarakat, tidak hanya nampang saat menjelang pemilu saja? Dan, tidakkah hati kita rindu dengan hadirnya harmoni dan kebersamaan dalam keragaman masyarakat Indonesia nan majemuk? Tagline baru ini memang membuka sphere yang lebih luas, dengan menghadirkan PKS yang lebih bersahabat dan lebih humanis. Satu lagu dicipta untuk menggambarkan tingginya cita dan ingin PKS menghadirkan cinta, kerja, dan harmoni di negeri ini. Dibawakan oleh Ust. Taufik Ridho, Sekjen PKS saat acara Rapimnas dan Milad 15 PKS di PRPP, Semarang, Jawa Tengah, 19 April 2013, disaksikan tak kurang dari 3.000 kader yang hadir saat itu. Ibu-ibu/kader putri berjilbab rapi, juga ustadz-ustadz/kader laki-laki penuh senyum teduh tampak khidmat mendengarkan lagu yang dibawakan. (sbb/dakwatuna.com)